Beranda Politik Diskusi Dapil Muda, BJS Jawab Keresahan Gen Z

Diskusi Dapil Muda, BJS Jawab Keresahan Gen Z

Sumbawa Besar–Menjadi Nara sumber utama, di dalam diskusi bertajuk Diskusi Pemilih Muda (Dapil Muda), Ahad (06/10/2024), Cawabup Paslon nomor 4, Burhanuddin Jafar Salam, SH., MH., menjawab persoalan yang disampaikan audiens dari kalangan Gen Z.

Salah satunya satu Hamud, mahasiswa semester 7 STKIP Paracendekia NW Sumbawa, yang mengungkapkan persoalan rendahnya daya beli masyarakat dan ancaman bagi calon sarjana (S-1) yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.

“Bagaimana ke depan Paslon nomor 4, saya semester 7 yang sebentar lagi akan masuk ke dunia pengangguran. Saya ingin diperluas lagi pintu dan dimudahkan mendapat pekerjaan. Bagaimana kebijakan nomor 4, yang sekarang daya beli masyarakat rendah, ummi saya di pasar sulit mendapat untung dagangannya. S1, S2 banyak yang jadi tukang parkir, ada yang jadi koruptor.
Ada yang mendapatkan pekerjaan mengandalkan ordal tanpa tes masuk,” ungkap Hamud.

Mendengar kegalauan Hamud, BJS mengatakan agar merubah cara berpikir dalam melihat masa depan. Pemuda harus mampu menciptakan peluang bagi dirinya dan orang lain.

Menurut BJS, mengenai lapangan pekerjaan yang kadang mengandalkan orang dalam bahwa apa yang dikatakan itu benar.

“Saya tidak bantah ada oranh dalam atau ada konektifitas itu fakta dan benar, tapi juga ada yang bisa eksis tanpa orang dalam itu juga benar. Namun hal-hal ini (orang dalam) tidak bisa dibiarkan, dan kalau diganggu akan menjadi efek domino. Kita lawan praktik seperti ini,” tegasnya.

Lalu UMKM, persoalannya memang akses permodalan pasar. Caranya UMKM ini harus diangkat, di Mo BJS juga ada pendekatan seperti itu, tapi realitanya berat tanpa ada jaminan.

Ada juga masyarakat pinjaman ringan tanpa jaminan tapi tidak mengembalikan
Harusnya pasar itu sehat dan perbankan juga harus memudahkan.

“Sehingga kami MO BJS tidak berani gunakan tagline Maju dan Unggul tapi Barema Mo Jatu Samawa karena tidak ada yang bisa dan mampu sendiri,” tandas BJS.

Persoalan harga komoditas jagung juga menjadi pertanyaan dari salah seorang anak petani, Syafaat. Dirinya mencurahkan isi hati kepada BJS bahwa petani membutuhkan solusi mengenai persoalan ini. Di satu sisi, musim panen jagung melimpah tapi di sisi lain harga turun dan merugikan petani.

“Solusinya bagaimana, apakah ada cara Mo BJS menyikapi masalah ini,” tanya Syafaat.

Menjawab hal itu, BJS menyampaikan bahwa petani harus memiliki posisi yang kuat terhadap pabrik atau pembeli dengan cara merubah strategi atau pola bertani.

“Kalau harga jagun petani dibeli dengan harga rendah maka saya ajak jangan menanam jagung lagi. Kita rubah komoditi pertanian. Nanti perusahaan juga yang akan mendapatkan imbasnya kalau petani tidak lagi menanam jagung,” kata BJS Geram. (Bs)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini